Pages

Monday, October 28, 2013

Berikan aku insang, wahai ikan

Mungkin sebagian orang bertanya, mengapa banyak orang begitu menyukai laut, begitu menyukai menjamahnya dan menceritakan apa-apa yang ada padanya. Dan komentar saya "See!!"

Lihatlah, pasir pantai, ombak, terumbu karang beserta semua penghuninya, mereka memperkenalkan kita pada satu daerah asing yang tak pernah kita jamah. Khususnya untuk saya dan mungkin dari sebagian pembaca, yang biasa berkutat dengan Personal Computer dan tumpukan-tumpukan kertas, berada di sekeliling air adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Terus terang saya selalu rindu dengan keindahan laut, meskipun hanya di pinggir pantainya saja. Ada 'hawa' yang membuat tempat tersebut begitu menenangkan.

Beberapa hari yang lalu saya bermimpi bertemu pengajar free dive saya, saya bermimpi diving bersamanya hingga beberapa meter kedalaman. Persis di hadapan saya berjejer terumbu karang yang beraneka ragam dihiasi ikan-ikan kecil. Namun seketika sirna ketika saya harus terbangun dan menemui diri bahwa saya masih di kasur. Hahaa..

Dan tepatnya semalam, hal itu terulang. Saya bermimpi masuk ke salah satu tempat budidaya terumbu karang yang entah dimana tempat. Ketika saya sedang menjamah, dan berbalik saya merasakan di antara terumbu karang ada bergerak-gerak dan Ya.. saya mendapati ikan nemo di sana. Ah... Lagi... saya menemui diri saya masih dalam alam mimpi.

Allah Rabb saya, Rabb semesta alam, selalu saja membuat saya berdecak kagum akan kebesaranNya.

Dan mungkin itulah kenapa Nadine Chandrawinata pernah mengatakan disalah satu tulisannya tentang keindahan laut :

"Sesak oleh penghuni laut
Padatnya terumbu karang
Membuatku tidak mau naik ke daratan lagi
Kapan kamu beri aku insang, wahai ikan ?"

Thursday, October 10, 2013

Hanya Bungkus Makanan

Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizohulloh berkata :
"Guru kami (Syaikh Al-Albani) rahimahullah menugaskan aku untuk memuroja'ah (memeriksa kembali) beberapa juz dari kitab As-Silsilah Ad-Dho'ifah sebelum dicetak. Lalu iapun menyerahkan jilid ke lima dari kita As-Silsilah Ad-Dho'ifah. Lalu akupun mengambil kitab tersebut yang ditulis dengan tulisan tangan beliau sebelum dicetak. Tatkala aku mengeluarkannya dari kantong dan aku melihat kitab tersebut maka akupun menangis.

Maka syaikh rahimahullah bertanya kepada ; "Kenapa engkau?"

Aku diam tidak menjawab, dan syaikh melihat air mataku mengalir.

Ternyata syaikh rahimahullah menulis kitab "Silsilah Al-Ahaadiits Ad-Dho'ifah" jilid ke lima pada kertas-kertas hadiyah, dan kantong-kantong kertas gula dan beras, yaitu bungkusan-bungkusan yang berwarna merah yang digunakan orang-orang untuk menimbang gula dan beras.

Syaikh berkata kepadaku : "Saya punya benang-benang yang saya celupkan ke tinta lalu aku letakan benang-benang tersebut di atas kertas-kertas, sehingga kertas-kertas tesebut menjadi bergaris-garis. Aku tidak memiliki uang untuk membeli kertas"

Semoga Allah merahmati engkau yang telah menghabiskan umur untuk membela sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

(sumber : http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=27279)

Saya (Firanda) jadi teringat dengan cerita Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh tatkala beliau diuji tentang tesis beliau, dan dosen penguji tatkala itu adalah Syaikh Sholeh Al-Fauzaan hafizohulloh. Syaikh Sholeh Al-Fauzan mengkritik Syaikh Abdurrozzaq yang telah mengkhususkan satu halaman hanya untuk menulis kalimat (بسم الله الرحمن الرحيم). Syaikh Sholeh Al-Fauzan menganggap hal itu adalah bentuk mubadzdzir.

Syaikh Abdurrozzaq bercerita bahwa dahulu kertas mahal dan sulit untuk didapat, sehingga beliau melihat tulisan ayah beliau syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizohulloh sampai diujung-ujung kertas. Tidak ada bagian kertas yang tersisa kosong, semuanya terisi tulisan.

http://firanda.com/index.php/artikel/sirah/541-kisah-syaikh-al-albani-rahimahullah?utm_source=feedburner&utm_medium=email&utm_campaign=Feed%3A+firanda%2FuIjw+%28www.firanda.com+%22Tebarkan+Ilmu%2C+Tumbuhkan+Amal%2C+Petiklah+Ridlo+Ilahi%22+-+Home%29&utm_content=Yahoo%21+Mail

Astaghfirullah...


Syaikh Albani, siapa yang tidak tahu beliau? Beliau menghabiskan banyak waktunya di tempat reparasi jam miliknya, sebagaian besar bukan untuk mereparasi jam namun menuntut ilmu pada perpustakaan yang ada di belakangnya.

Mungkin ada latar kisah terlewat ketika kita membaca riwayatnya. Ya, beliau memiliki perpustakaan sendiri, beliau sering menyalin kitab-kitab yang beliau baca. Karena baginya dengan menyalin beliau bisa menghafal isi dari setiap kitab yang beliau baca. Tapi jangan kau bayangkan bahwa perpustakaan yang dimiliki adalah perpustakaan yang berjejer rapi kitab-kitab baru atau kumpulan kliping naskah-naskah kitab yang di print di kertas putih. Namun lihatlah penuturan muridnya, beliau menulis di bungkus makanan bekas. Bungkus beras. Bungkus Gula.

Keterbatasan yang ada tidak menghalanginya untuk tetap haus akan ilmu. Ah.. Selalu saja sering kali keterbatasan menjadi alasan kita untuk enggan beranjak.

Apa yang beliau lakukan bukan hal mudah ukhty. Beliau harus bolak balik perpustakaan kota untuk bisa melahap setiap kitab yang ia inginkan, tak jarang ia membaca hingga larut. Bagaimana dengan kita? Toko Buku banyak, harga bukunyapun cenderung murah dibandingnya dengan ilmu di dalamnya, lantas mengapa sampai hari ini kita tak pernah haus akan ilmunya? Enggan membeli? Perpustakaan bisa jadi solusi.

Dan saudaraku, untuk 'menularkan' ilmu tersebut beliau harus mencari bungkus-bungkus makanan untuk menuliskan kitab. Kemudian bagaimana dengan kita? Ah.. Tidak. Saya maksudnya. Banyak media tersedia, masih saja enggan 'menularkan' nya. Jangankan menularkan untuk sekedar menengok ilmu-ilmu yang ada saja rasanya enggan.

Sibuk? Ah coba di tilik lagi, sebenarnya kita 'sibuk' atau 'sok sibuk'

Dengan bungkus makanan bekas, beliau tak hanya menuliskan ilmu tapi menularkan ilmu kepada orang-orang yang akan membacanya kelak. Di lain masa. Di lain generasi. Subhanallah.. ternyata ilmu tak pernah berbatas waktu. Meski raga tak bersentuhan dan masa tak pernah mempertemukan ternyata kita masih bisa bersapa tentang ilmu.

Ya, hanya dari bungkus makanan bekas, bungkus gula, bungkus beras yang beliau pakai saja kita bisa belajar tentang banyak hal. Maka bagaimana dengan coretan beliau pada bungkus makanan bekas itu?

-Eka Diah Arlinda-
101013

Wednesday, October 9, 2013

Review Virra Catering

"Barakallahu lakuma wa barakah alaikuma, wa jama'ah bainakuma fi khair.. "

Alhamdulillah, Sabtu 31 Agustus 2013 kemarin pernikahan saya dengan akang terlaksana.
Saya ucapin jazakullah khairan katsiran sama semua orang yang terlibat langsung ataupun gak langsung dengan acara kami. Terutama untuk keluarga besar aku dan suami yang udah support kami.

Sedikit sebagai Capeng yang udah lulus saya mau share perihal persiapan saya bersama suami mencari2 catering yang sesuai.

Mungkin sebagian dari kalian sama seperti saya punya budget tipis tapi pengen nikah di gedung/Aula. Alasannya sih simple, pengen lebih praktis aja jadi untuk hal-hal yang berhubungan dengan teknis acara biar pihak vendor aja yang urus. Kita tinggal koordinir keluarga saja.

Setelah browsing2 mbah google dan tanya temen2 capeng yang lain tersebutlah beberapa nama Catering. Di antaranya : Sabillah Catering, Daffa Catering & Virra Catering.

Setelah icip2 catering2 lain, yang kemungkinan masuk budget ya vendor yang 3 itu. And sist, saya dapet harga di Virra jauh lebih murah. Untuk paket yang 600 porsi, saya dapet harga di bawah 40jt.
Hatipun girang bukan kepalang. heheheee...


Karena aku udah pasrah banget, aku pikir yaudahlah toh catering dimana2 hasilnya akan sama. Pas di suruh milih gubukan juga suami yang pilih sama keluarga. Dan untuk dekorasi aku cuma pilih warna silver sama hijau tosca biar samain sama baju resepsi kita.

Malam sebelum hari H, saudara pada survey gedung. Aku dag dig dug aja. pas mereka pulang bilang "Bagus bangeeeet" dekorasinya
Dalam hati "Masa Sih? Kan harganya miring"


Besok paginya, Hoalaaahhh... beneran bagus. Paduan Silver dan Tosca itu nice banget. Apalagi Gedung PPKPI Pasar Rebo itu kan panjang, Virra gak pelit buat kasih Standing Flower dan bunga2nya. Di depan pelaminan ada kolam2 air gtu. Nice

Untuk makanan juga gak usah khawatir, tetangga bilang makanannya enak. Terutama siomay, pokoknya recommended lah. Masih kata saudara-saudara saya yang suka masak virra gk pelit bumbu jadi masakannya 'berasa' gak hambar.


Saya upload beberapa dekor virra catering di pernikahan saya. semoga bisa jadi referensi buat temen2 capeng.



Oh ya, saya memang ambil paket virra, tapi untuk Rias Pengantin, saya milih Rias Pengantin Lisa Amanda. Selain saya udah beberapa kali di rias sama tante lisa, sepupu saya juga pernah pake tante lisa.
Untuk vendor rias pengantin ini juga, Cetaaaaarrr banget!!
Next qta review ya...

Semoga bermanfaat.
CP Virra Catering : 0813 8352 3704