Pages

Thursday, October 23, 2014

Yang Terlewatkan

Tahun pernikahan saya sudah menginjakan kakinya di tahun kedua, kurang dari 5 bulan yang lalu Mus'ab hadir. Ya Malaikat kecil bermata sipit itu. Hadirnya seorang anak bukan sebuah titipan biasa.

Mush'ab saat ini masih dijaga oleh nenek dan kakeknya, di karenakan kami masih tinggal bersama orang tua. Sementara saya bekerja di salah satu Yayasan sekolah islam dan suami di institusi pemerintah.

Pada awal pernikahan terus terang saya masih bisa membagi waktu untuk saya dan suami, keperluan suami hampir semua saya pegang. Pada saat itu saya merasa bahwa saya masih bisa menjadi istri sekaligus bekerja.

Namun kemudian mush'ab lahir, keragu-raguan hadir saat waktu cuti tinggal sebentar lagi. Akhirnya saya harus mengalah dengan keadaan, mush'ab tak bisa lagi saya jaga di karenakan saya sudah masuk kerja. Sedih, belum lagi harus merepotkan mama untuk merawat mush'ab, meskipun orang tua senang di titipkan cucu pertamanya.

Saya berkeyakinan tetap bisa memberikan mush'ab ASI eksklusif hingga umur 6 bulan, dan smpai saat ini saya mengusahakan terus. Meskipun harus membunuh rasa malas saya. Di kantor saya harus dapat 4 botol, sementara di rumah mush'ab mungkin sudah menghabiskan 5 botol. Sesampainya di rumah pompa ASI harus di cuci dan sterilkan, kemudian malam hari saya harus memompa lagi untuk menutupi defisit ASI saya. Belum pekerjaan rumah lainnya yang sudah menanti.

Ternyata mengerjakan 3 pekerjaan bukan hal mudah, selain jadi pegawai, menjadi ibu, saya juga seorang istri. Dari awal pernikahan, saya sudah mengazzam kan diri, saya tidak ingin keperluan suami saya orang lain yang urus, sekalipun itu pembantu.

1 bulan saya bisa melakukan 3 pekerjaan itu sekaligus. Bisa, namun kepayahan tak bisa saya tutupi. Perlahan yang biasa saya menyetrika baju setiap hari, lambat laun menjadi 2 - 3 hari sekali, setrikaan jadi menumpuk, Subhanallah.. Melihat kondisi saya yang seperti itu, ibu saya tidak tega, sempat mama yang akhirnya menyetrika baju saya dan suami, Allahu Akbar, sedih rasanya. Saya sempat marah, namun mama bilang "Gpp kok lin, iseng saja" Padahal sudah cukup saya merepotkan dengan menitipkan mush'ab.

Menginjak bulan kedua asma saya kambuh,dalam hati saya berkata "Ya Rabbi.. kuatkan hamba" 2 hari saya tidak masuk kerja, sementara pekerjaan rumahpun belum bisa saya pegang. Baju yang belum di gosok pun menggunung, dan kali itu saya harus kembali mengalah dengan keadaan. Saya relakan ladang pahala saya di berikan kepada orang lain. Astaghfirullah.

Kali ini saya tidak sedang membahas kekurangan seorang istri yang bekerja di luar, bukan itu. Sempat ketika saya kelelahan mengurus pekerjaan rumah dan mush'ab dalam gendongan, saya memasuki kamar kemudian menangis melihat tangan saya. Ukhty tau mengapa? Bukan ukhty, bukan lelah yang saya tangisi, tapi kekurang sabaran saya yang membuat saya menangis.

Saya menangis melihat tangan saya, karena itu mengingatkan saya akan kisah Fatimah Azzahra. Ya, Fatimah Azzahra binti Muhammad, Rasulullah. Tangan wanita mulia itu, tangannya sampai mengelupas ketika harus setiap hari mengaduk adonan roti untuk makan keluarganya. Allahu Akbar, rasa-rasanya tangan saya terlalu halus jika di bandingkan tangan beliau yang mengelupas itu.

Ketika kita membaca sirah sahabat, sering ada yang terlewatkan. Bahkan terlalu banyak yang terlewatkan, dan ini hanya salah satunya. Ketika kita membaca sirah Fatimah Azzahra dan Ali bin Abi Thalib, mungkin kita hanya terfokus pada kisah memendam cinta satu sama lain saja. Kita terlupa, bahwa cinta yang terbingkai dengan ikatan suci itu bukan seperti cerita cinderela, setelah menikah maka bahagia selamanya. Tidak ukhty, tidak.

Kebahagiaan adalah keniscayaan di dunia ini, karena jelas dunia hanya persinggahan untuk manusia. Kebahagiaan kita dalam berumah tangga adalah usaha. Saya ingat, janji saya bersama suami adalah membangun cinta, bukan jatuh cinta, karenanya butuh pondasi, karenanya butuh usaha, agar bangunan cinta kami tinggi menggapai syurga.

Menjadi seorang ibu, seorang istri, butuh lebih dari sekedar ikhlas dan sabar menjalaninya. Peluk cium saya untuk mama yang tak pernah berkurang rasa cinta untuk anaknya. Bahkan hingga saya menikah, bahkan hingga saya sudah memiliki anak. Allahu Akbar, sayangi dia ya Allah, cukupkan segala kebutuhannya, hanya kepadaMu hamba meminta, hamba memohon kasih sayangMu untuknya.

Beberapa hari yang lalu saya tersenyum melihat curhatan salah seorang sahabat saya yang memiliki keadaan yang tidak jauh beda dengan saya.  Lillah sahabatku. Bukankah karena Allah kita memilih jalan pernikahan? Bukan kah dengan mengambil janji dari Rabb kita, kita di satukan dengan pasangan kita?

Bukankah karena hal-hal seperti ini menikah menjadi separuh agama kita? Bukankah menyediakan segala kebutuhan suami dan anak-anak kita menjadi ladang pahala untuk kita? Allahu Akbar, perkara seorang muslim itu indah bukan? Karena segala kebaikannya akan berbalas syurga?

Ukhty fillah, kita tak harus berjalan berkilo-kilo meter mencari makanan untuk makan peliharaan suami kita bukan? layaknya Asma binti Abu Bakr. Tak terbayang, betapa lelahnya jika harus menjadi Asma. Kemudian apa yang di katakan Rasulullah ketika Fatimah Azzahra meminta budak untuk membantunya? Rasulullah mengajarkan Fatimah Azzahra untuk bertasbih 33x, bertahmid 33x dan bertakbir 34x

Ya saudariku, mengingat Allah. Mengingatkan kita akan kewajiban kita "Tidaklah aku ciptakan jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepadaku" Cukup. Sampai disitu

Menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu, menjadi ayah ataupun suami, maka semua itu hanyalah label, harusnya kita menjadikan itu semua sebagai ibadah, alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, alat untuk membantu kita mengumpulkan bekal menghadap Allah.

Kita biarkan sebagian yang lain memilih jalan yang lebih tenang, kita biarkan ukhty fillah. Semua ini hanya sementara, semua ini hanya sebentar. Tutup mata sejenak,  genggam tangan imam kita, bismillah. Kita akan menuju jannah bersama. Allahumma Aamiin.


Eka Diah Arlinda
-171014-

Monday, October 28, 2013

Berikan aku insang, wahai ikan

Mungkin sebagian orang bertanya, mengapa banyak orang begitu menyukai laut, begitu menyukai menjamahnya dan menceritakan apa-apa yang ada padanya. Dan komentar saya "See!!"

Lihatlah, pasir pantai, ombak, terumbu karang beserta semua penghuninya, mereka memperkenalkan kita pada satu daerah asing yang tak pernah kita jamah. Khususnya untuk saya dan mungkin dari sebagian pembaca, yang biasa berkutat dengan Personal Computer dan tumpukan-tumpukan kertas, berada di sekeliling air adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Terus terang saya selalu rindu dengan keindahan laut, meskipun hanya di pinggir pantainya saja. Ada 'hawa' yang membuat tempat tersebut begitu menenangkan.

Beberapa hari yang lalu saya bermimpi bertemu pengajar free dive saya, saya bermimpi diving bersamanya hingga beberapa meter kedalaman. Persis di hadapan saya berjejer terumbu karang yang beraneka ragam dihiasi ikan-ikan kecil. Namun seketika sirna ketika saya harus terbangun dan menemui diri bahwa saya masih di kasur. Hahaa..

Dan tepatnya semalam, hal itu terulang. Saya bermimpi masuk ke salah satu tempat budidaya terumbu karang yang entah dimana tempat. Ketika saya sedang menjamah, dan berbalik saya merasakan di antara terumbu karang ada bergerak-gerak dan Ya.. saya mendapati ikan nemo di sana. Ah... Lagi... saya menemui diri saya masih dalam alam mimpi.

Allah Rabb saya, Rabb semesta alam, selalu saja membuat saya berdecak kagum akan kebesaranNya.

Dan mungkin itulah kenapa Nadine Chandrawinata pernah mengatakan disalah satu tulisannya tentang keindahan laut :

"Sesak oleh penghuni laut
Padatnya terumbu karang
Membuatku tidak mau naik ke daratan lagi
Kapan kamu beri aku insang, wahai ikan ?"

Thursday, October 10, 2013

Hanya Bungkus Makanan

Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizohulloh berkata :
"Guru kami (Syaikh Al-Albani) rahimahullah menugaskan aku untuk memuroja'ah (memeriksa kembali) beberapa juz dari kitab As-Silsilah Ad-Dho'ifah sebelum dicetak. Lalu iapun menyerahkan jilid ke lima dari kita As-Silsilah Ad-Dho'ifah. Lalu akupun mengambil kitab tersebut yang ditulis dengan tulisan tangan beliau sebelum dicetak. Tatkala aku mengeluarkannya dari kantong dan aku melihat kitab tersebut maka akupun menangis.

Maka syaikh rahimahullah bertanya kepada ; "Kenapa engkau?"

Aku diam tidak menjawab, dan syaikh melihat air mataku mengalir.

Ternyata syaikh rahimahullah menulis kitab "Silsilah Al-Ahaadiits Ad-Dho'ifah" jilid ke lima pada kertas-kertas hadiyah, dan kantong-kantong kertas gula dan beras, yaitu bungkusan-bungkusan yang berwarna merah yang digunakan orang-orang untuk menimbang gula dan beras.

Syaikh berkata kepadaku : "Saya punya benang-benang yang saya celupkan ke tinta lalu aku letakan benang-benang tersebut di atas kertas-kertas, sehingga kertas-kertas tesebut menjadi bergaris-garis. Aku tidak memiliki uang untuk membeli kertas"

Semoga Allah merahmati engkau yang telah menghabiskan umur untuk membela sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

(sumber : http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=27279)

Saya (Firanda) jadi teringat dengan cerita Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh tatkala beliau diuji tentang tesis beliau, dan dosen penguji tatkala itu adalah Syaikh Sholeh Al-Fauzaan hafizohulloh. Syaikh Sholeh Al-Fauzan mengkritik Syaikh Abdurrozzaq yang telah mengkhususkan satu halaman hanya untuk menulis kalimat (بسم الله الرحمن الرحيم). Syaikh Sholeh Al-Fauzan menganggap hal itu adalah bentuk mubadzdzir.

Syaikh Abdurrozzaq bercerita bahwa dahulu kertas mahal dan sulit untuk didapat, sehingga beliau melihat tulisan ayah beliau syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizohulloh sampai diujung-ujung kertas. Tidak ada bagian kertas yang tersisa kosong, semuanya terisi tulisan.

http://firanda.com/index.php/artikel/sirah/541-kisah-syaikh-al-albani-rahimahullah?utm_source=feedburner&utm_medium=email&utm_campaign=Feed%3A+firanda%2FuIjw+%28www.firanda.com+%22Tebarkan+Ilmu%2C+Tumbuhkan+Amal%2C+Petiklah+Ridlo+Ilahi%22+-+Home%29&utm_content=Yahoo%21+Mail

Astaghfirullah...


Syaikh Albani, siapa yang tidak tahu beliau? Beliau menghabiskan banyak waktunya di tempat reparasi jam miliknya, sebagaian besar bukan untuk mereparasi jam namun menuntut ilmu pada perpustakaan yang ada di belakangnya.

Mungkin ada latar kisah terlewat ketika kita membaca riwayatnya. Ya, beliau memiliki perpustakaan sendiri, beliau sering menyalin kitab-kitab yang beliau baca. Karena baginya dengan menyalin beliau bisa menghafal isi dari setiap kitab yang beliau baca. Tapi jangan kau bayangkan bahwa perpustakaan yang dimiliki adalah perpustakaan yang berjejer rapi kitab-kitab baru atau kumpulan kliping naskah-naskah kitab yang di print di kertas putih. Namun lihatlah penuturan muridnya, beliau menulis di bungkus makanan bekas. Bungkus beras. Bungkus Gula.

Keterbatasan yang ada tidak menghalanginya untuk tetap haus akan ilmu. Ah.. Selalu saja sering kali keterbatasan menjadi alasan kita untuk enggan beranjak.

Apa yang beliau lakukan bukan hal mudah ukhty. Beliau harus bolak balik perpustakaan kota untuk bisa melahap setiap kitab yang ia inginkan, tak jarang ia membaca hingga larut. Bagaimana dengan kita? Toko Buku banyak, harga bukunyapun cenderung murah dibandingnya dengan ilmu di dalamnya, lantas mengapa sampai hari ini kita tak pernah haus akan ilmunya? Enggan membeli? Perpustakaan bisa jadi solusi.

Dan saudaraku, untuk 'menularkan' ilmu tersebut beliau harus mencari bungkus-bungkus makanan untuk menuliskan kitab. Kemudian bagaimana dengan kita? Ah.. Tidak. Saya maksudnya. Banyak media tersedia, masih saja enggan 'menularkan' nya. Jangankan menularkan untuk sekedar menengok ilmu-ilmu yang ada saja rasanya enggan.

Sibuk? Ah coba di tilik lagi, sebenarnya kita 'sibuk' atau 'sok sibuk'

Dengan bungkus makanan bekas, beliau tak hanya menuliskan ilmu tapi menularkan ilmu kepada orang-orang yang akan membacanya kelak. Di lain masa. Di lain generasi. Subhanallah.. ternyata ilmu tak pernah berbatas waktu. Meski raga tak bersentuhan dan masa tak pernah mempertemukan ternyata kita masih bisa bersapa tentang ilmu.

Ya, hanya dari bungkus makanan bekas, bungkus gula, bungkus beras yang beliau pakai saja kita bisa belajar tentang banyak hal. Maka bagaimana dengan coretan beliau pada bungkus makanan bekas itu?

-Eka Diah Arlinda-
101013

Wednesday, October 9, 2013

Review Virra Catering

"Barakallahu lakuma wa barakah alaikuma, wa jama'ah bainakuma fi khair.. "

Alhamdulillah, Sabtu 31 Agustus 2013 kemarin pernikahan saya dengan akang terlaksana.
Saya ucapin jazakullah khairan katsiran sama semua orang yang terlibat langsung ataupun gak langsung dengan acara kami. Terutama untuk keluarga besar aku dan suami yang udah support kami.

Sedikit sebagai Capeng yang udah lulus saya mau share perihal persiapan saya bersama suami mencari2 catering yang sesuai.

Mungkin sebagian dari kalian sama seperti saya punya budget tipis tapi pengen nikah di gedung/Aula. Alasannya sih simple, pengen lebih praktis aja jadi untuk hal-hal yang berhubungan dengan teknis acara biar pihak vendor aja yang urus. Kita tinggal koordinir keluarga saja.

Setelah browsing2 mbah google dan tanya temen2 capeng yang lain tersebutlah beberapa nama Catering. Di antaranya : Sabillah Catering, Daffa Catering & Virra Catering.

Setelah icip2 catering2 lain, yang kemungkinan masuk budget ya vendor yang 3 itu. And sist, saya dapet harga di Virra jauh lebih murah. Untuk paket yang 600 porsi, saya dapet harga di bawah 40jt.
Hatipun girang bukan kepalang. heheheee...


Karena aku udah pasrah banget, aku pikir yaudahlah toh catering dimana2 hasilnya akan sama. Pas di suruh milih gubukan juga suami yang pilih sama keluarga. Dan untuk dekorasi aku cuma pilih warna silver sama hijau tosca biar samain sama baju resepsi kita.

Malam sebelum hari H, saudara pada survey gedung. Aku dag dig dug aja. pas mereka pulang bilang "Bagus bangeeeet" dekorasinya
Dalam hati "Masa Sih? Kan harganya miring"


Besok paginya, Hoalaaahhh... beneran bagus. Paduan Silver dan Tosca itu nice banget. Apalagi Gedung PPKPI Pasar Rebo itu kan panjang, Virra gak pelit buat kasih Standing Flower dan bunga2nya. Di depan pelaminan ada kolam2 air gtu. Nice

Untuk makanan juga gak usah khawatir, tetangga bilang makanannya enak. Terutama siomay, pokoknya recommended lah. Masih kata saudara-saudara saya yang suka masak virra gk pelit bumbu jadi masakannya 'berasa' gak hambar.


Saya upload beberapa dekor virra catering di pernikahan saya. semoga bisa jadi referensi buat temen2 capeng.



Oh ya, saya memang ambil paket virra, tapi untuk Rias Pengantin, saya milih Rias Pengantin Lisa Amanda. Selain saya udah beberapa kali di rias sama tante lisa, sepupu saya juga pernah pake tante lisa.
Untuk vendor rias pengantin ini juga, Cetaaaaarrr banget!!
Next qta review ya...

Semoga bermanfaat.
CP Virra Catering : 0813 8352 3704

Wednesday, September 18, 2013

"Ny. Arif Gunawan" #310813




Akan ada hari dimana ayah tebata ucap akad
Bunda sesunguk menahan tangis
Kemudian saat serah terima "Sah"
Hilang semua hak mereka
Akankah yang kemudian memuliakan?

24 Syawal 1434 H, kisaran pukul 09.30 WIB akad terlaksana. Ah.. Alhamdulillah..
Aku berada di samping sahabatku henny sofianty saat itu. Kira2 begini percakapan kami di ruang rias pengantin:

Henny : "Eka udah makan?"
Eka     : "Belom"
Henny : "Sini henny suapin"
*Sedang asik di suapin henny
Henny : "Ka, kayaknya akadnya udh deh"
Eka     : "Hah? Masa? Gak denger"
Henny : "Kayaknya sih, td gue denger tadi cepet banget"
Eka     : *Bengong

Subhanallah... Waktu akad di ucapkan zawziy, saya ternyata gak mendengar langsung akad tsb. Tapi itu nyatanya tidak mengurangi kekakuan saya berjalan ke tempat akad sesudahnya. Terus terang saat saya tau zawjiy duduk disana saya tak berani meliriknya tapi ketika zawziy di samping saya tersenyum. hmm.. Subhanallah tak bisa di jelaskan dengan kata-kata.

"Sekarang udah boleh pegangan kan?" Bisik zawjiy di samping saya.
Tak terbayang ekspresi saya di samping beliau.

Ah ya, setelahnya... "Ny. Arif Gunawan" gelar baru untuk saya.

Bee..
Aku wanita asing yang tak mengetahui tentang akhlakmu, maka tolonglah bantu aku memahami apa yang engkau sukai agar aku bisa mengerjakannya dan apa yang engkau benci untuk aku menjauhkannya.

Bee..
Sekarang diantara kita ada Allah
Sungguh jika Allah telah memutuskan keputusanNya maka yang terjadi adalah keputusanNya

Bee..
Engkau telah memiliki diriku, maka lakukanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu
Menjalankan pernikahan dengan pergaulan yang baik atau menceraikan dengan cara yang baik
Dan kemudian aku akan berkhidmat padamu

-Ny. Arif Gunawan-
180913





Sunday, August 18, 2013

Barakallahu laka



"Barakallahu lakuma wa barakah alaikuma, wa jama'ah bainakuma fi khair.. "
-Maher Zain-

Beberapa minggu yang lalu aku dengar lagu ini jadi salah satu soundtrack acara TV, acaranya sih biasa, tapi mungkin karena akan hadir hari yang 'luar biasa' jadi lah 'luar biasa'

Ya 'Mitsaqan Ghaliza' Subhanallah perjanjian berat seorang hamba kepada RabbNya, perjanjian yang hanya di peruntukan Nabi-nabi Nya, namun dengan pengecualian sebentar lagi, hanya menghitung hari, Papa sebagai wali akan berjabat tangan dengan lelaki yang mengambil perjanjian itu dariku. Wallahi!! tak ada yang lebih mendebarkan selain menunggu saat ijab di ikrarkan.

Subhanallah ukhty, akan ada hari dimana ayah terbata ucap akad dan bunda sesunguk menahan tangis. Saat serah terima SAH, hilang semua hak mereka. Yang terlintas di benak kemudian, akankah yang kemudian memuliakan?

Ah...  Banyak rasa yang campur aduk, jika ditanya apa yang lebih dominan aku hanya bisa menyebutkan 2 kata 'Nano-nano' tak bisa di sebutkan satu persatu kedudukannya. Subhanallah. :)

Barakallahu laka... Barakallahu laka... Barakallahu laka... Subhanallah, tak sabar mendengar banyak do'a di ucapkan hari itu. 

Semoga di mudahkan, di lancarkan. Aamiin.. Hamba memohon Barakah dariMu Ya Allah.



Sunday, August 4, 2013

Menjamah Pulau Bira


Berawal dari utang piutang dengan Irma Siregar, kitapun terdampar di Pulau Bira weekend kemarin. Tepatnya 22-23 Juni 2013.  Awalnya rencana kita pengen berkunjung ke Pulau Pari, minggu kemarin tapi H-1 ujug2 di batalkan dan Irma meninggalkan diriku bersama kejengkelan ke Lampung. Hiks.. nah untuk lunasin janji ngajak jalan2, Irma akhirnya ngajak ke Pulau Bira.

Jika di sebut nama ‘JAKARTA’ apa yang terlintas di benak kalian?

Pastinya yang paling sering di ucapkan pertama kali adalah CROWDED. Yeah gk di pungkiri macet,banjir,polusi, dan segala permasalahan lain emang ciri khas Jakarta, polusi dimana-mana, belum lagi tata ruang kota yang amburadul dengan sejuta alasan pemerintah yang gak bisa benahin, alasannya dari dulu sampe sekarang klise ‘kita tidak bisa berbenah sendiri’, dalem hati ‘Bukankah kultur suatu organisasi tergantung pemimpinnya?’ Kalo kalian mau kalian tinggal lakukan apa yang udah ada di PERDA, semua aturan ada tinggal di tegakin aja, dengan tidak tebang pilih, saya ulangi TIDAK TEBANG PILIH!!!

But, di balik itu semua Jakarta masih punya banyak tempat indah buat di kunjungi. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Contohnya Pulau seribu. Pulau yang sebenernya gak sampe berjumlah seribu, hanya 300-an, tapi yang berpenghuni hanya seratusan mungkin, dan sebagian lain hanya pulau ‘gundul’ alias pulau gak ada pohon, gak ada rumah, dan kalo laut lagi pasang sebagian pulau menghilang (lebih tepatnya tenggelam)


And dear, weekend ini diriku berkesempatan ngunjungin pulau Bira. Yeaaaaahhh… PULAU BIRA!!!
Yuhuuuu… pulau yang gak ada rumah penduduk sama sekali, hanya cottage-cottage yang di tinggal sama pengelolanya dan akhirnya di urus sama orang-orang sekitar. Disini ada kolam renang yang airnya udah berwarna hitam di hiasi oleh daun-daun yang berguguran, dan pohon-pohon liar disekelilingnya. Dan ini adalah kolam renang paling horor yang pernah eka liat. katanya dulu disini ada lapangan Golf, tp entah bener pa gk? karena yang keliatan hanya semak belukar.

Buat sampe ke pula Bira, kita mesti datang lebih pagi biar gk ketinggalan kapal. Meskipun punya peminat yang banyak, untuk mencapai pulau seribu transportasinya gk banyak, hanya ada pagi sampai siang, ada dua opsi. Naik kapal bagus, tapi harus ngantri dan gtw dapet apa gak, atau naik kapal jelek yang itu berarti kita harus siap jadi pepes.

Ya bau ketek, ya bau sikil semua jadi satu, bahkan ada ketek yang berbau sikil. heee.. ini salah satu orang yang ga tau diri, udah tau kapal penuh, kakinya kemana-mana, sangat sangat tidak sopan.
MOST WANTED!!
Look, dismpingnya Irma sedang bête-betenya karena kita dateng telat dan sampe di kapal kita disuguhi kaki cowo yang agak-agak ngondek ini. Satu-satunya yang menikmati harum baunya hanya Henny sofianty, liat saja dia teridur dengan tenangnya

 Bosen bête-betean di bawah bersama sikil-sikil di kita cus ke atas kapal, berjemur. Biar kulit agak-agak eksotis gimana gtu.


Sampainya di Pulau Harapan kita di sambut oleh anak-anak yang nari-nari gtu, qta disediakan karpet merah sebagai penyambutan kedatangan kami, hahaa… bokis banget. Yang ada anak-anak tanggung yang abis nyemplung dan Cuma pake celana dalem. Liat lah, kulit mereka sangat eksotis. :D


Sampe di Pulau Harapan kita di jemput sama kapal kecilnya Pak Man, beliau namain kapalnya ‘Sexy Beach’ Wazeeeekkk…. Unforgettable banget namanya, pak man punya beberapa kapal, salah satunya lagi di namain ‘Jealous’ wkwkwk.. Emg pinter pak Man kasih nama, yang pasti orang lain gk akan kepikiran buat kasih nama kapal yang sama. Brilian!!

Our Conttage
Sampe pulau Bira, kita di suruh istirahat terus makan-makan, langsung GO! ke pulau Sepa dan Pulau Bintang, dan disinilah tepat paling tak terlupakan, karena dsini tempat pertama kali eka nyelam di ajarin pak Baygon, tanpa Pelampung, mau tau gimana caranya buat motivasi biar eka mau nyelam? Pak Baygon ngiming-ngimingin ngambil bintang laut sendiri, yups.. PATRICK!! Irma juga di ajarin sm pak Baygon, Horeeeyyy kita bisa ngambil patrik sendiri. Keren2…



Ini dia Irma siregar yang berperan sebagai sahabat setia Patrick, hoho…  Ada sih foto eka sama Patrick, tapi belakangnya kurang bagus, ada bule renang yang kekurangan baju. jadi lah aku urungkan niat untuk upload.

Patrick Kekenyangan (Pak Baygon, John & Aku )
Bintang laut itu ternyata banyak macemnya, yang pertama di ambilin sama pak man di pulau sepa bintang laut yang gendut banget, bahkan klo di liat dari atas di lebih mirip kayak Patrick yang kekenyangan, bullet abiiiieezzz…


Dan bintang laut yang lain klo di liat di dasar laut, warnanya biru semua, tapi pas diangkat ternyata warnanya gradasi, macem-macem. Subhanallah.. Henny katanya juga nemu bintang laut yang kakinya Cuma empat,

Ish... John, Mauuuuuuuu bisa kyk gni...

 

 and this is it, musuh bebuyutan, gara2 pegang ni hewan tangan eka baret-baret. Gtw nama ni hewan apa, lupa sih tepatnya krna wktu itu di kasih tau pak baygon. Klo di liat sekilas dia mirip banget sama rumput lau, tapi klo di pegang dari bawah agak tajem-tajem gtu, cobalah pegang di dalam air, jangan sekali-kali ajak dia ke atas, karena dia akan mencengkram klo udah gk kena air. Ok, eka kapok ngelakuin itu.



Setelah puas bermain dengan patrik dan kawan-kawan, kita lanjut ke salah satu pulau gosong. Hmm.. klo pulaunya kayak gini bagus buat foto Pre wedding or post wedding, keren2. Karena gda yang bawa calon pasangan, jadilah kita pre wedding bertiga. kok foto prewedding? kan bertiga? emang bisa? ya bisa, nnti klo udah ada pasangannya tinggal di crop pake photoshop, dan taraaaaa…. jadilah prewedding maksa.


Tuh kan, lihat lah… 2 bule ini ngepas banget posisinya ngarep banget di foto pre wedding. Pasti pada mau banget di foto pre wed kyk gini.


Dari pada ngedumel gak bisa berpose ala prewed, kitapun memutuskan berposi ala ikan duyung terdampar, asek dagh.. hijabeeeeeeers… ALLAHU AKBAR!! (loh?) ^____^


Eka yakin johny bete banget ambilin foto kita terus,dengan gaya aneh2, Trims john.

Next, habis menggosongkan kulit di pulau gosong kita lanjut ke pulau bintang. Karena di bira gda tukang dagang kita mampir ke Pulau tetangga buat belanja,catatan penting adalah jangan pernah berpikir klo dipulau ini ada banyak warung yang berjejer menjajakan makan seperti bakso, mie ayam, nasi padang warteg dll please jangan!! tempat jualan mereka itu adanya di belakang rumah warga yang tinggal disitu, dan tidak terlihat seperti warung, lebih tepatnya seperti persediaan makanan untuk terdamparnya mereka selama 1 tahun Inilah percakapan kita dengan tukang jualan di sana.

Tukang jualan        : Mau beli apa? Yang ada ini. *sambil menunjuk etalase yang penuh makanan ringan
                               Apa Mau es kelapa? *kamipun gembira
Irma                     : Owh ada es kelapa? Berapa harganya? *semangat
Tukang Jualan       : Owh iya ada, 20rb tapi mesti manjat dulu (seketika eka mikir bahwa keahlian seperti monyet ingin eka miliki) *Tepok Jidat
Irma                      : Gak usah deh pak ini aja *sambil ambil minuman dan kue Malkis buat persediaan di Cottage kemudian memesan pop mie

Berharap dengan tidak membeli es kelapa kita bisa ke pulau yang lain, karena khawatir manjat memanjat membutuh waktu yang lama tapi ternyata kawan untuk menghasilkan pop mie, kita harus merebus airnya terlebih dahulu. Dan berita baiknya, 2 bule itu pesan es kelapa. Hadeuh.. Sabar… Sabarr..

Namun dibalik kesulitan , percayalah masih ada dua kemudahan. Wazzekkk..

Kue Malkis yang tadinya buat persediaan cemal cemil di Cottage qta makan sambil di kremes2 buat kasih makan ikan, Horeeyyy dapet pemandangan bagus lagi, tanpa BA BI BU eka langsung bilang “Ambil kamera, ambil kamera” Pas Irma ambil kamera  Qadarallah penutup lensa kamera nyemplung,  dan pak Man berbaik hati nyemplung di pinggir dermaga yang di penuhi bulu babi untuk ambilin penutup kamera. Hiiii…. tapi inilah yang namanya Anak Pulau ‘Son Island’ *biar keren , bukannya Pak Man yang takut sama bulu babi malah Pak Man yang menakutkan Bulu Babi *Angkat Topi


Inilah ekspresi Pak Man waktu kasih pelajaran singkat tentang Bulu Babi. Jadi jika kalian terkena bulu babi jangan pernah berusaha mengeluarkan duri bulu babi itu, karena itu akan sia-sia yang ada luka kalian akan bertambah lebar. Opsi pertama, hanya cukup ketuk2 saja bagian yang kena bulu babi, karena duri bulu babi itu sangat rapuh, jadi nnti dia akan hancur sendiri dan keluar . Opsi kedua, suruh salah satu teman kalian untuk Buang Air Kecil dan minta Airnya dan siram.  ok. lebih baik usahakan opsi pertama. Sepakat?
Pak Man mendoktrin kita untuk gak takut sama bulu babi, akhirnya bulu babi itu di angkat pak Man. Inilah kira-kira doktrinan Pak Man

“Lihat eka, bulu babi itu tidak bahaya. Kamu lihat duri2 yang di atas yang ada matanya itu yang bahaya. (*dalem hati Apa bedanya??) Tekniknya itu kamu angkat bulu babi itu dari bawah pake kayu, nnti baru kamu pegang dari bawah.”  Owh gtu, sip2..

Sebelum Bertemen sama Bulu Babi
Nah ini dia bulu babi yang berhasil di tangkap Pak Man, ini bagian atasnya.
Karena eka yang paling kuat dan pemberani, jadi ekalah yang pegang bulu babi pertama. Wazekk..
Siip deh, calon anak pulau nih. The Next Daughter Island, dan henny pun terpukau.
Setelah berteman dengan Bulu Babi
Iri ngeliat eka foto sama bulu babi, John ikutan pengen megang (hadeuh….)


Ada yang aneh gk sama foto ini? Iya henny, berada di antara John dan Pak Man, sungguh segitiga cinta Bulu Babi yang sangat rumit *Ngakak Guling2

Ternyata foto keren bersama bulu babi tidak membuat Irma iri, ckck… di takut sama bulu babi. Hoalaaaahhh…. Orang batak ramenya doank, sama bulu babi aja takut, hehe piss!!. :P
Akhirnya, Johnpun lebih memilih Bulu Babi di banding Henny, dan henny pun galau

karena si bule lama, kita kasih makan ikan lagi pake malkis & pop mie. Yups POP MIE, kita emg gak green backpacker banget ya? sampe ikan kita racunin POP MIE, hadeuh…
Bulenya lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…… huah… gbs cari tempat foto2 sunset deh, Habuuuu…
ini foto2 kita di dermaga Pulau Bintang :
foto keluarga :D

3 in 1
In Action
Henny mau nyemplung, *eh


Ini jepretan Mair perjalan pulang ke Cottage,  emg bagus ya? biasa aja tuh #Ledek Mair

Mair dung dung… itu kebalik yang di blur harusnya pemandangannya bukan eka, resseeeeeehhh…

bulan mlm ini, cantik ya?

Sampe Conttage bersih-bersih sambil nunggu acara api unggun, karena ngantuk berat eka sama henny langsung cuz tidur dan yang terdengar hanya sayup2 irma ketawa cekakan sama John.

Tempat Bobo kitaaaaaaaahhhh

23 Juni 2013

Buka mata, weis… kita masih terdampar di Pulau Bira ekapun kemudian senyam senyum najong Karena nnti kita akan snorkeling lagi, kita memutuskan untuk tidak mandi. Klo di pikir2 juga mandi percuma air di sini masih agak payau, kena sabun malah jadi lengket. Habis sarapan bergegas ambil kamera,keliling pulau foto-fotoooooooooo…
Pantainyaaaaaaaaaa....

Dermaga Pulau Bira, yang paling kanan sandal cowo apa cewe tuh? :D

Kenapa ehh kenapa berburu sunrise tapi mataharinya sembunyi, hadeuh.. Okkeh, lanjut foto2 lageh.


Depan Conttage, Nice right?

Frustasi gak dapet sunrise kita muter2 pulau, sambil nunggu waktu snorkeling.



Kolam Renang Pulau Bira, ada yang mau coba? ;)

Pulau Tetangga, :D



Snorkeling Hari ke dua, gak banyak foto jadi gda yang bisa di Pamerin hehe.. Yang jelas ini hari Excited banget bwt eka, ini hari pertama eka bisa snorkeling tanpa pelampung. Subhanallah rasanya, gak bisa di ungkapin dengan kata2, #wazekk

Tapi serius2, bisa renang di kolam tanpa tepi itu rasanya ‘bebas’. huah... kolam paling keren, paling mahal dan paling luas, ah… Subhanallah.. Meskipun eka masih geret2 pelampung prepare takut kaki keram, tpi seneng banget. Makasih banyak Pak Baygon yang udah ngajarin nyelem & renang pengen banget ke Pulau lagi.

Pertama kali bisa snorkeling tanpa pelampung Cuma bisa bilang Subhanallah, sampe air masuk ke dalem masker, hehe.. Norak banget ya? tau nih... seneng bgt liat lukisan Allah di bawah air, hoaaaahhh..
Mair juga udah bisa renang sekarang, dan henny? hmm… masih PDKT sepertinya sama pak Man, (loh?) :D heheee… Miss u all dear..

Dari dulu pantai & airnya itu bisa bwt eka tenang, meskipun hanya duduk di pinggirnya, meskipun yang di pandang mungkin hanya pantai ancol yang airnya udh gk jelas warnanya, suasananya hmm.. setidaknya buat eka ngerasa lebih ‘terbuka’ bwt tafakur sama alam.

Masing2 kita punya cara untuk berbahasa dalam do’a dengan Rabb, dan bertafakur di pantai menikmati keindahan alamNya, salah satu cara eka berbahasa dalam do’a. Nice Trip!!
Wassalam.


-Eka Diah Arlinda-
040813