Pages

Sunday, May 5, 2013

Tentang Lisan

Beberapa hari yang lalu saya ditegur seseorang perihal kesalahan saya, alhamdulillah ternyata banyak org yang sangat peduli dengan saya. Indahnya bersaudara dengan sesama muslim, tegurnya indah sebagai koreksi pada diri yang tak luput dari khilaf.

Namun ada 1 hal yang jadi perhatian perhatian saya. Berita tersebut menurut saya tidak sepenuhnya benar, pun juga tidak sepenuhnya salah. Lalu saya mencoba memahami setiap 'kata' dari berita yang beliau sampaikan, lagi-lagi tidak sepenuhnya benar dan pun tidak bisa di katakan salah. Bukankah itu berarti ada yang keliru? atau saya yang keliru memaknai? Atau perspektif setiap orang itu berbeda-beda memaknai sebuah kata/rangkaian kata?

Kali ini saya mencoba sekali lagi memahami kembali apa yang sebenarnya keliru dari berita ini, ah ya... Lisan. Sebelum sampai berita itu kepada saya ada beberapa lisan sebagai penyambungnya. Ada kata yang bertambah dan berkurang, ya mungkin itu kelirunya. Dan, ah ya... setiap orang punya cara sendiri menceritakan apa yang di lihat.

Sering kali saya merenung mengapa lisan begitu mudahnya berkata, bahkan hingga kita tak sadar tentang apa yang kita katakan, tak sadar apa akibat dari setiap kata yang ucapkan. Meskipun mungkin itu adalah kata yang sama dari yang di tangkap, meskipun itu adalah hal yang benar secara berita namun beda susunan kata, beda intonasi, beda penyampaian. Ah, Selalu ada akibat setelah sebab.

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”

Betapa indah nasihat dari Ibnul Qayyim Al Jauzi,  bukankah ada baiknya sebelum kita berbicara kita memikirkan dahulu apakah yang kita akan katakan itu bermanfaat? Kemudian jika hal yang kita akan katakan itu memang bermanfaat kita berpikir kembali apakah ada hal lain yang lebih bermanfaat dari yang ingin kita katakan tersebut? Subhanallah... Indahnya jika setiap masing-masing kita sebagai muslim melakukannya.  



Ya Allah... Lidah ini terlalu lancang dalam geraknya pun pula dalam diamnya, kadang sesuatu yang hak tak ia ucapkan namun sesuatu yang batil justru ia ucapkan. Lidah ini terlalu liar, hingga di katup oleh dua rahang tak jua meminim
alkan liarnya.

Ya... Ini tentang lisan, yang ucapnya tak lebih hanyalah bual belaka.. Yang ketusnya tak lebih dari pedang berkarat yang melukai... Ya... Ini tentang lisan, yang hadirnya harusnya menjadikan kita lebih beriman.



Depok, 6 Mei 2013

 -Eka Diah Arlinda-


No comments:

Post a Comment